Hari ini, Rabu 05 Februari 2020 saya ada agenda inhouse training disalah satu daerah deket stasiun Gondangdia. Lebih deket lagi dari gedung MNC Tower sih. Tapi lebih-lebih deket lagi dari gedung BCA KCP Wahid Hasyim. Sebelahnya persis. Tinggal ditebak aja dah. Dimana letaknya. Ahahahaha
Jadi, saya gantian dengan rekan kerja saya M. Dhenandi yang sudah mengajar di hari Senin dan Selasanya. Giliran saya di hari Rabu s/d Jum’at. Saya janjian dengan mas Andes (rekan kerja di Excellent) di stasiun Gondangdia. Overall, perjalanan dari Bekasi ke lokasi cukup lancar. Kegiatan training juga cukup lancar. Hingga akhirnya training selesai lebih kurang jam 16:30.
Setelah training selesai, segera saya dan mas Andes menyusun strategi bagaimana pulang ke Bekasi. Apakah langsung pulang atau tunggu hingga maghrib, baru pulang. Berhubung jam segitu orang-orang baru pada pulang kerja, jadi kemungkinan nanti di Commuter Line akan penuh dan berdesak-desakan. Akibatnya saya gelisah sendiri dan pengennya cepat-cepat pulang.
Kemudian saya teringat perkataan pak boss Vavai. Entah dimana saya lupa beliau berkata seperti itu. Kira-kira seperti ini
Kenapa sih kita harus buru-buru pulang ke Bekasi. Setelah selesai kunjungan ke salah satu klien di Jakarta. Khususnya di jam-jam pulang kerja. Berdesak-desakan dengan orang lain di Commuter Line dan jadi gelisah sendiri karena pengennya cepat-cepat pulang dan sampai rumah. Akibatnya, badan terasa cape sendiri dan tidak having fun
Kurang lebih redaksinya seperti itu. Perkataan tepatnya saya juga sudah lupa. Wkwkwkwkwk
Akhirnya saya dan mas Andes putuskan untuk pulang saja setelah Maghrib. Supaya lebih santuy perjalanannya dan tidak diburu-buru. Agenda pun segera disusun. “Pertama, sholat Ashar di tempat inhouse training. Lalu jalan kaki ke stasiun Gondangdia. Diperkiraan sampai stasiun 30 menit dan waktu menunjukkan jam 17:30. Kemudian, bersantai di Mushola stasiun Gondangdia sampai Maghrib tiba. Lalu pulang ke Bekasi via Commuter Line.”
Oke, saya dan mas Andes deal dengan rencana tersebut. Tapi, diperjalanan saya dan Mas Andes melewati gedung MNC Tower. Kebetulan, ada salah satu klien Excellent juga disana dan dulu saya pernah sholat di mesjidnya. Tempatnya cukup luas dan adem. Akhirnya, rencana sholat maghrib di stasiun dialihkan ke mesjid di lingkungan MNC Tower.
Sholat maghrib usai dan lanjut perjalanan ke stasiun Gondangdia. Perasaan jauh lebih adem tentunya. Karena sudah sholat maghrib dulu sebelum pulang. Jika pulang sebelum maghrib, biasanya was-was khawatir waktu maghrib keburu abis 😀
Sekitar jam 19 lebih, Commuter Line tujuan akhir Cikarang terlihat. Saya perhatikan situasi dan kondisi didalam Commuter Line dari peron sebelum memutuskan untuk naik atau tidak. Setelah diperhatikan, kondisi didalam terlihat tidak terlalu padat dan masih ada sela-sela yang bisa diisi orang. Saya bilang sama mas Andes. “Kelihatannya masih bisa dan cukup lega mas. Kita naik aja CL ini”.
Sampai stasiun Cikini, penumpang arah jurusan Cikarang masih terlihat normal dan tidak terlalu berdesakan. Nah, giliran di stasiun Manggarai, WadidaW dibalik WadidaW penumpang yang masuk ke CL cukup banyak. Sampe penuh. Sampe susah bergerak. Saya pasrah aja dah. Kegencet sana sini. Disitu baru kekuatan dan ketahanan saya diuji. Ketahanan tangan dan kekuatan kaki. Wkwkwkwk
Keadaan saya di CL cukup sulit. Posisi saya berada di dekat pintu. Jika digambarkan, kurang lebih kedua tangan memegang tali/pegangan yang menempel di besi atas. Posisi kaki menahan seperti posisi kuda-kuda. Lalu punggung dan “maaf” pantat menyender di besi panjang tempat duduk penumpang. Begitu juga dengan kepala yang menyender pada besi tempat duduk. Kalo posisi CL mau berhenti di stasiun misalnya, posisi lebih repot lagi. Tangan sekuat tenaga pegangan diatas, posisi kaki menahan dan posisi “maaf” pantat dan kepala menahan ke besi. Tapi badan kesana-kemari karena didorong dari sana dan sini. Ahahahaha. Mana besi yang dipantat agak tumpul lagi. Wkwkwkwk. Kalo digambarin, kurang lebih seperti ini lah
Sorry, ilustrasinya jelek. Hasil bikinan pake Libreoffice Writter. Wwkwkwkwkwk
Gimana? udah kebayang atau kepikiran belum? 😀 . Kalo masih bingung, coba deh nyanyi dulu lagu dibawah
Siip. Sudah cukup kebayang dan kepikiran kan. Ahahahaha
Nah, ndilalahnya, posisi saya kaya gitu itu sampe stasiun Cakung kalo ngga salah. Coba kamu bayangkan. Bayangkaaaan. Dari stasiun Manggarai cuy. Lebih kurang 1 jam. Gimana ngga lieur coba.
Posisi seperti itu, pernah juga terjadi dulu waktu naik TransJakarta. Tangan dimana, kaki dimana kepala dimana. Wkwkwkwk
Tapi itulah sebuah pengalaman dan rencana. Rencana pengennya santuy dan tidak terlalu “pageugeuleuk” pas pulang ke Bekasi. Tapi kenyataannya diluar ekspektasi. 😀