Pada hari Minggu 24 Maret 2019, Insya Allah saya akan melakukan perjalanan ke Malaysia. Dalam rangka belajar. Perjalanan tersebut juga merupakan perjalanan yang pertama kali bagi saya ke luar negeri. Tentu akan beda dengan perjalanan domestik seperti yang sudah pernah dilakukan. Seperti ke Bandung, Semarang, Pekanbaru dan perjalanan ke kota-kota yang lainnya.
Kekhawatiran tentu hal yang wajar bagi pemula seperti saya dalam menghadapi perjalanan tersebut. Mulai dari bagaimana nanti di Bandara, apa yang harus disiapkan, pengecekan imigrasi, sampai di negeri orang hingga masalah bahasa yang menjadi kendala utama.
Berbagai informasi coba saya dapatkan. Dengan bertanya pada team di markas perihal pengalaman mereka yang sudah pernah ke luar negeri. Bagaimana pengecekan di Bandara, bagaimana dengan makanan di negara tujuan, dengan transportasinya, sikap orang-orang nya dan tentu tata tertibnya. Informasi yang lain saya coba dapatkan juga dengan berselancar di internet.
Meskipun perjalanan tersebut belum saya lakukan, saya coba berimajinasi kira-kira akan seperti apa perjalanan tersebut. Mulai berangkat dari Bekasi hingga sampai di hotel yang sudah dipesan di Malaysia. Bayangan perjalanannya, kira-kira seperti ini :
Berangkat dari kontrakan dengan membawa tas punggung, tas slempang (pinjaman) dan koper (pinjaman juga. Hehehe) menuju stasiun Bekasi. Dari stasiun Bekasi, saya naik KA Bandara untuk perjalanan yang pertama. Yaitu jam 10:05 pagi. Estimasi sampai di stasiun Bandara Soekarno Hatta jam 11:37. Sesampainya disana, saya lanjut naik Sky Train (KAlayang) menuju terminal 2 dan mencari tempat maskapai yang digunakan.
Kemudian saya akan bertemu dengan petugas pengecek tiket. Mengantri memasukkan barang bawaan untuk dilakukan scanning dan bertemu dengan petugas security checkpoint 1 (SCP1). Lanjut menuju counter untuk melakukan bagasi check in dan mendapatkan kartu boarding pass.
Pilihan menggunakan KA Bandara adalah cepat dan tidak terkena macet (kecuali ada gangguan sinyal dan gangguan yang lain). Selain itu, saya baru pertama naik KA Bandara hingga stasiun Bandara dan tentunya ingin coba juga seperti apa rasanya naik Sky Train (KAlayang). Imajinasi yang muncul sepertinya akan sangat exciting banget. Dan sudah punya rencana untuk dijadikan bahan tulisan mingguan 😀
Tiket KA bandara sudah saya pesan dan sudah dilakukan payment. Di markas Excellent, saya ceritakan perihal rencana tersebut pada team yang sudah pernah ke luar negeri. Jawabannya ragu-ragu dan kurang yakin. Apakah waktu yang ada cukup atau tidak. Mengingat proses scanning biasanya lama untuk penerbangan ke luar negeri. Belum lagi pengecekan di imigrasi. Selain itu, untuk penerbangan keluar negeri sebaiknya sudah ada di Bandara 3 jam sebelumnya. Sedangkan menggunakan KA bandara, waktunya kurang dari 2 jam.
Waduuuuh. Saya jadi bimbang untuk menggunakan KA bandara. Padahal sebelumnya sudah yakin akan terkejar. Saya jadi berpikir apakah tidak perlu bawa koper sehingga tidak perlu scanning dan check in bagasi. Jadi waktunya lebih singkat. Tapi sayang juga. Waktu pesan tiket, sudah sekalian pesan juga bagasi untuk berat 25 KG. Alhasil, perjalanan dari Bekasi menggunakan KA Bandara yang dilanjut Sky Train sepertinya batal dilakukan. Huhuhuhu
Pilihan yang lain, perjalanan dari Bekasi ke Bandara menggunakan bis DAMRI. Berangkat dari kontrakan jam 8 pagi, naik bis Damri dan estimasi perjalanan 1 jam (jika lancar) dan 2 jam (jika macet). Sampai di Bandara jam 10 dan turun di terminal 2. Menuju tempat maskapai yang digunakan berada, kemudian ketemu petugas pengecek tiket. Lalu mengantri untuk memasukkan barang bawaan pada mesin X-Ray.
Lanjut menuju counter bagasi check in, menimbang berat koper sekaligus menukar tiket dengan kartu boarding pass. Menuju pengecekan imigrasi dan menyiapkan jawaban kemungkinan pertanyaan yang diajukan. Seperti mengecek passport, berapa lama diluar negeri dan alamat menginap. Dari yang saya baca, pengecekan di imigrasi Indonesia tidak terlalu ketat (untuk orang Indonesia). Tapi belum tentu pengecekan di imigrasi negara tujuan. Jadi tetap bersikap tertib dan sopan 🙂
Setelah lolos dari imigrasi, sepertinya akan bertemu SCP2 sebelum masuk ruang tunggu. Di ruang tunggu, yang akan saya lakukan adalah browsing atau membaca buku yang dibawa. Buku tersebut merupakan bukunya pak boss yang sering dititipkan ketika perjalanan ke kantor klien. Biasanya buat dibaca ketika perjalanan naik bis atau commuter line. Mungkin sekitar tahun 2013 dan 2014 kejadiannya. Waktu Excellent masih beberapa orang. Tapi kadang buku tersebut tidak dibaca oleh pak boss. Hanya dititipkan saja kesaya untuk dibawa. Yang kemudian lupa dan saya simpan dikontrakan. Wkwkwkwk.
Tapi bukunya hanya ada 2 yang dititipkan. Sekarang tinggal 1 yang ada. Satunya lagi sudah saya simpan di markas PS. Karena sudah selesai saya baca. Judul bukunya “The Climbers”. Karya Prof. Dr. Djokosantoso Moeljono Mantan Direktur Utama BRI periode 1993 – 2000. Yang bercerita tentang leadership. Buku yang masih saya baca judulnya “Power of MIMPI”. Karya Akbar Kaelola. Yang bercerita tentang kisah dari para konglomerat seperti Sandiaga Uno, Bob Sadino, Chairul Tanjung dan konglomerat yang lainnya.
Tiba waktunya naik pesawat, saya antri untuk mencocokkan kartu boarding pass dan menuju pesawat. Saya mendapatkan kursi nomor 20 an dan kemungkinan masuk dari pintu belakang. Kemudian pesawat take off dan tidak lama kemudian, saya akan dihampiri oleh pramugara/pramugari. Wooow. Mereka akan memberikan saya nasi lemak yang merupakan pesanan tambahan ketika memesan tiket. Hehehe
Saya masih ragu apakah nasi lemak tersebut dimakan ketika dipesawat atau dibungkus saja dan nanti dimakannya ketika sudah di Malaysia. Alasannya, nasi lemak tersebut seperti nasi padang menurut sebagian informasi yang saya dapatkan. Katanya sih enak. Dan yang saya tau, nasi padang cukup menyengat bumbunya. Kan ngga enak juga dengan penumpang yang lainnya 😀
Setibanya di bandara KLIA2, masuk ke antrian pengecekan imigrasi dan meyiapkan beberapa berkas apabila nanti ditanya. Seperti berapa lama tinggal dan lokasi tempat tinggal disertai dengan print outnya. Setelahnya, saya menuju tempat pengambilan bagasi dan mencari lokasi pengambilan simcard lokal. Simcard yang saya beli dari KLOOK untuk masa aktif 7 hari dengan quota 15 GB. Harganya cukup terjangkau. Jika saya pakai Roaming menggunakan simcard Indonesia, tentu biayanya lebih mahal apabila mau online dibandingkan dengan menggunakan simcard lokal 😀
Setelah selesai aktivasi simcard lokal, ketemu dengan orang yang jemput dan menuju hotel. Perjalanan dari KLIA2 menuju hotel estimasi 1 – 2 jam. Jaraknya kurang lebih 30-40 KM (jika dilihat dari Google Maps). Sesampainya dihotel, saya coba tanya apa saja fasilitas yang didapatkan. Misalnya breakfast, lunch atau dinner. Tidak lupa akses wifi untuk online.
Selanjutnya saya belum tau. Apakah makan nasi lemak yang dibungkus (jika tidak dimakan diatas pesawat) dan langsung tidur. Atau keluar untuk melihat-lihat suasana sekitar hotel dan mencari makan 😀
Itulah kira-kira imajinasi atau bayangan saya perihal perjalanan ke Malaysia yang akan dilalui. Aslinya tentu belum tau seperti apa. Karena perjalanannya belum saya lakukan. Insya Allah akan dilakukan 2 hari lagi 😀