Separuh Aku Yang Lain

Posted by

Akhir-akhir minggu ini, pak boss sering melakukan briefing di pagi hari. Hal ini dilakukan biasanya untuk mereview beberapa pekerjaan, merubah pola mindset yang ada ataupun mengangkat semangat masing-masing team.

Briefing perihal pekerjaan, mungkin sudah biasa. Namun kali ini berbeda. Pak boss lebih sering menceritakan tentang kisah orang lain. Tentang kehidupan orang lain. Tentang kesederhanaan orang lain. Tentang berpakaian orang lain. Tentang gaya bahasa orang lain. Tentang gaya penulisan orang lain. Tujuan akhirnya adalah merubah mindset dan meniru orang lain tersebut.

Memang, pak boss ini memiliki kemampuan membaca psikologis orang dan visioner. Hal tersebut didapatkan dari kebiasaannya membaca buku. Dari jaman SD dulu. Mungkin sebelum SD. Saya sendiri belum menanyakannya. Kalo pak boss baca tulisan ini, mungkin bisa menuliskan komentar kapan tepatnya hobi baca buku. Di kolom komentar blog ini 🙂

Dalam menilai kemampuan seseorang, pak boss juga cukup piawai. Pernah diceritakannya salah satu pekerja di perusahaan BUMN. Yang menurut beliau, kemampun orang tersebut bagus. Pola pikirnya kereen. cepat nangkep dan paham. Diberitahukannya lah kepada atasannya. Jika dia tidak diangkat menjadi staff, maka orang tersebut akan direkrut oleh Excellent. Alhamdulillah, Saat ini orang tersebut sudah diangkat menjadi staff dan diberikan beberapa kepercayaan. Dari sisi jabatan juga cukup tinggi. Saya sendiri sudah bertemu dengan orangnya. Memang keren.

Untuk masalah berpakaian, pak boss sering memperlihatkan bagaimana cara berpakaian Sergey Brin dan Larry Page. Berpakaian baju panjang dan celana panjang. Simple namun keren dilihat. Contohnya seperti gambar dibawah

Gambar dari Google

Semua team dihimbau untuk meniru cara berpakaian kedua orang keren diatas ketika ke kantor. Simple dengan baju lengan panjang. Saya sendiri terkadang masih suka menggunakan baju lengan pendek dan batik. Kecuali hari jumat yang dihimbau menggunakan kaos. Supaya lebih santai.

Dalam hal menulis blog, pak boss menyarankan untuk mengikuti gaya bahasa penulisan pak Dahlan Iskan. Yang bisa dibaca pada blog https://disway.id/. Menurut pak boss, gaya penulisan pak Dahlan keren. Diluar dari pak Dahlan adalah seorang Wartawan Senior tentunya. Masalah isinya, tentu lebih keren lagi. Ceritanya detail, runut dan ada manfaat ketika dibaca. Tapi menurut saya, tulisan yang ditulis di blog nya beliau, tidak lain adalah sebuah informasi yang isinya bermanfaat. Itu saja. Bacaan yang sama, namun cara pandangnya yang berbeda antara saya dengan pak boss. Saya belum menemukan ilmunya untuk menilai gaya tulisan seseorang. Namun pak boss mungkin sudah. Sama halnya ketika menilai sebuah karya lukisan. Lukisan yang terlihat corat-coret asal-asalan, menurut saya biasa saja. Namun menurut pandangan orang yang mengerti masalah seni/art, lukisan tersebut amat indah. Kembali lagi pada pokoknya. Yaitu harus tahu ilmunya.

Gambar dari : Pixabay

Masalah manajemen, pak boss menceritakan sebuah kisah Sun Zi (Sun Tzu), ahli strategi yang memenggal selir kesayangan raja. Raja meminta Sun Zi membentuk pasukan militer yang terdiri dari semua perempuan. Pasukan tersebut dipimpin oleh selir kesayangan raja. Penggalan ceritanya seperti berikut yang saya salin dari blog : https://jwsasongko.com/2011/03/11/tiga-kali-lalu-penggal/

Saat latihan militer, Sun Zi memberikan komando untuk mengatur barisan. Ternyata komando Sun Zi disembut dengan tawa cekikikan dari pasukan perempuan ini. Sun Zi kemudian berkata: “Perintah pertama yang tidak bisa direspon oleh pasukan adalah kesalahan komandan. Oleh sebab itu komandan harus menjelaskan kepada pasukan”. Lalu Sun Zi pun menjelaskan arti dari perintahnya pada seluruh pasukan untuk memastikan mereka paham.

Lalu Sun Zi mengulang perintahnya kembali untuk kedua kalinya. Kali ini pun, ternyata dia mendapat respon yang sama, yaitu tawa cekikikan. Sun Zi lalu berkata, ” Apabila kali kedua komando diberikan, pasukan gagal merespon dengan tepat, maka ada dua kemungkinan. Pertama, perintah komandan masih kurang jelas, atau kedua, pasukan tidak patuh”.

Sun Zi kemudian menanyai kedua selir yang menjadi pimpinan pasukan. Ternyata mereka mengatakan bahwa komando Sun Zi sudah bisa dipahami. Maka Sun Zi berkata, ” Apabila demikian, maka komando yang kuberikan harus dipatuhi. Apabila tidak, maka itu pelanggaran hukum. Jadi kali ketiga ini, aku ingin semua bisa melaksanakan dengan baik”. Lalu Sun Zi memberikan perintah yang sama untuk ketiga kalinya.

Kali ini, kedua selir pemimpin pasukan tetap tertawa cekikikan. Tanpa banyak bicara, Sun Zi memerintahkan algojo untuk memenggal kedua selir tersebut, dan menunjuk pemimpin pasukan baru. Sesudah itu, tak satupun pasukan perempuan yang berani tidak patuh pada perintah Sun Zi, dan pasukan dapat digerakkan sesuai komando.

Raja Wu Helu sangat marah karena kehilangan kedua selirnya, dan ingin memenggal Sun Zi. Tapi dengan tegas Sun Zi berkata, “Yang Mulia, saya sudah melaksanakan amanat Yang Mulia untuk membentuk pasukan militer yang bagus. Kedua selir sebagai pemimpin pasukan tidak patuh pada perintah saya sebagai panglima pengemban amanat yang Mulia. Perbuatan mereka telah melecehkan hukum militer dan perintah Yang Mulia untuk membangun pasukan ini. Mereka telah merusak moral pasukan, dan saya harus menegakkan hukum. Yang Mulia telah menyerahkan amanat pada saya sebagai penguasa militer, jadi Yang Mulia tidak bisa membatalkan keputusan saya dan merusak tatanan hukum militer”.

Raja dongkol, tapi tidak bisa membantah kebenaran kata-kata Sun Zi. Sun Zi pun dikenal sebagai ahli strategi militer yang hebat di kemudian hari dan berhasil membawa pasukan Raja Wu Helu memenangkan beragam pertempuran.

Saya paham maksud dari cerita diatas, menceritakan tentang manajemen. Seorang atasan yang membawahi beberapa staff harus bisa memanage dan mengarahkan pekerjaan staff nya. Lebih rapi dan tepat. Dan tentunya lebih patuh lagi. Dalam hal yang baik tentunya. Cerita tersebut merupakan “sentilan” untuk saya secara tersirat. Kebetulan dikantor saya membawahi beberapa team support. Hal manajemen memang tidak mudah. Saya harus banyak belajar dalam hal tersebut.

Inti dari informasi yang diberikan, perihal kisah, tulisan, bacaan dan yang lainnya adalah merubah pola mindset semua Team Excellent. Dalam hal apapun itu. Tentunya mengarah kepada kebaikan dan lebih baik lagi.

Ketika saya mendengar kisah uwais al qorni dari ceramah keagamaan, saya ingin seperti dia. Ketika saya melihat kemampuan seseorang yang saya tidak bisa, saya ingin seperti dia. Ketika saya membaca kisah kedermawanan seseorang, saya ingin seperti dia. Ketika saya melihat orang yang begitu sabar, saya ingin seperti dia. Ketika saya melihat orang yang dengan mudahnya bergaul/humble dengan orang lain, saya ingin seperti dia. Ketika saya mendengar seseorang yang sopan dan santun dari tutur katanya, saya ingin seperti dia. Ketika saya melihat orang lain rajin, saya ingin seperti dia. Ketika saya melihat orang lain tetap semangat dan sehat diusianya yang sudah berumur, saya ingin seperti dia. Dalam ahlak dan perilaku dan sebagai seorang muslim, tentu saya ingin meniru Rosulullah Sollallohu A’laihi Wasallam.

Saya ingin seperti dia. Saya ingin seperti dia. Saya ingin seperti dia dalam hal yang baik dan positif tentunya. Bukan berubah wujud menjadi orang tersebut, namun berubah dalam perilaku dan sikapnya. Dalam cara pandang dan pola pikirnya. Tentu saya ingin berhijrah menjadi lebih baik lagi. Belajar dari kisah-kisah orang lain. Itulah “separuh aku yang lain”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.