Setelah keputusan diambil antara haji atau umroh, orang tua segera mempersiapkan persyaratan apa saja yang dibutuhkan.Β Banyak cerita yang saya terima dari adik saya ketika mempersiapkan persyaratan pendaftarannya. Dan jika diperhatikan, bapak saya sepertinya lebih semangat untuk mempersiapkannya. Maklum, dari sekian banyak persyaratan, sepertinya bapak saya kurang lengkap syarat-syaratnya π . Beberapa cerita diantaranya seperti berikut :
Pembuatan Keterangan dari Desa
Ketika saya telp ibu untuk menanyakan perihal persyaratan, ibu bilang bahwa persyaratan sedang diurus. Malam itu bapak sedang pergi ke kepala desa (kebetulan masih saudara. Beliau adalah anak dari almarhum kakak ibu saya) untuk mengurus kebutuhan persyaratan. Jarang-jarang bapak saya keluar malam dan main kerumah kades. Kecuali di waktu-waktu tertentu seperti malam takbiran. Untuk memberikan zakat dari jamaah di mushola dan dibagikan kepada yang membutuhkan. Atau mungkin saya saja yang tidak tahu. Karena saya tidak di kampung dan sedang berada di perantauan π . Tapi point nya adalah bapak terlihat semangat.
Tahun Lahir Orang Tua
Beberapa hari kemudian, keterangan dari Desa sudah keluar. Di upload lah surat keterangan tersebut di group WA keluarga besar. Yang isinya ada saya dan pak kades. Termasuk dengan keluarga yang lain. Yang upload adalah pak kades sendiri. Dengan caption “mohon doa dari semuanya” dan terpampang lah biodata orang tua. Yang diaminkah oleh member group yang ada. Dari situ, saya baru tahu tahun lahir dari kedua orang tua saya π . Khususnya bapak saya. Karena saya pernah ditanya waktu upgrade sistem disalah satu klien didaerah Sudirman. Akhir tahun kemarin. Oleh pak boss Vavai. Berapa tahun usia orang tua saya? yang saya jawab tidak tahu π dan disusul dengan jawaban sekenanya. Yaitu usia bapak saya sama dengan usia saya. Looh ko bisa? karena dia baru menjadi bapak saya ketika ibu saya mengandung saya yang kemudian lahir lah saya π
Membuka Tabungan Rekening Bank
Saya coba cari tata cara daftar haji di internet dan tanya-tanya juga ke pak boss yang sudah lebih dulu daftar haji. Salah satunya masalah tabungan rekening Bank. Saya info ke adik saya untuk cari tahu prosedur membuka tabungan di Bank Syariah Mandiri. Apakah cukup satu tabungan atau masing-masing harus punya tabungan. Ternyata, bapak saya main kerumah Uwa saya (kakak dari ibu saya) yang sudah daftar lebih dahulu. Beliau menyarankan untuk buka tabungan langsung saja di Depag. Di bank Muamalat. Yang bank nya dekat dengan Depag. Jadi bisa langsung sekali jalan. Bapak juga meminta bantuan dari Uwa untuk mengantar ke Depag untuk membantu prosedurnya. Kebetulan Uwa saya ini dulunya adalah naib. Jadi sedikit tahu dan berpengalaman urusan di Depag π
Dari cerita adik saya, sebelum berangkat ke Depag, bapak mampir dulu di Puskesmas untuk dibuatkan surat keterangan dokter. Diperiksalah bapak oleh dokter. Setelah selesai diperiksa, bapak langsung pergi dan keluar dari Puskesmas. Ditanya lah oleh adik saya “Bapak, ari surat keterangan dokterna mana?”. Dan ternyata bapak saya tidak meminta surat keterangan hasil pemerikasaan (KIR). Alhasil, balik lagi ke Puskesmas dan diperiksa kembali. Kali ini tentu dengan meminta surat keterangan dokter π . Ketika mendengar cerita itu, saya hanya bisa tertawa tapi takut dosa. Wkwkwkwkwk . Saya bisa maklum sama bapak. Karena sehari-harinya beliau jarang mengurus hal-hal seperti itu. Lebih sering ke kantor (baca : sawah garapan) atau cari rumput untuk pakan kambing. Untuk orang kampung, hal seperti itu cukup wajar menurut saya π
Saya sendiri kadang minder kalo masuk ke mall. Berasa orang-orang pada ngelihatin dan seakan bilang “norak, kampungan, orang kampung. Masa gitu aja ngga tahu”. Padahal itu hanyalah pikiran saya saja. Kenyataannya, orang-orang ngga kenal saya dan sayapun tidak kenal dia.
Setelah surat keterangan dokter (KIR) didapatkan, perjalanan dilanjut menuju Depag dan membuka tabungan penampung untuk pendaftaran haji. Sekalian tanya syarat apa saja yang harus dipersiapkan.
Membuat Akte Kelahiran
Salah satu syarat yang harus ada untuk mendaftar haji adalah akte kelahiran. Bapak saya lagi-lagi yang kurang lengkap dari segi persyaratan. Main lah bapak ke rumah pak kades lagi. Untuk meminta bantuan pembuatan akte kelahiran. Namun prosesnya lama. Bisa sampai 3 bulan. Waaah, keburu expire persyaratan-persyaratan yang sudah ada. Dimintalah adik saya untuk mengurus pembuatan akte kelahiran ke Bihi. Saya lupa bihi ini semacam apa.Β Mungkin semacam asisten dari naib. Saya coba cari di Google juga tidak ada pengertian dari bihi. Tidak perlu dipikirkan bihinya sih, yang terpenting aktenya bisa segera jadi π
Membuat Ijazah Sekolah
Syarat yang lain adalah ijazah. Ijazah bapak saya tidak tahu kemana. Atau mungkin tidak ada. Atau tidak pernah dibuat sama sekali. Bapak coba meminta bantuan untuk dibuatkan ijazahnya. Ditempat sekolahnya dulu. Namun sepertinya agak sulit. Karena sudah terlalu lama. Mungkin hanya surat keterangan saja yang bisa didapatkan. Keterangan bahwa pernah sekolah disitu π . Akhirnya gimana saya tidak tahu ceritanya. Untuk kelengkapan ijazah ini. Namun cerita yang lain adalah nama bapak saya sebenarnya. Nama pemberian dari orang tuanya. Namun bapak tidak menyukainya. Ketika bapak masih kecil dan sekolah π . Dan digantilah namanya oleh dirinyaΒ sendiri π
Saya hanya bisa ketawa ketika mengetahui itu. Ternyata namanya dulu berbeda dengan yang sekarang. Meskipun hanya nama terakhir (last name). Dulu nama akhirnya adalah Suherman. Yang tidak disukainya. Wkwkwkwk. Yang saya ketahui nama akhirnya adalah Abdurahman. Info itu diceritakannya sendiri. Oleh bapak ketika menelpon ke nomor saya yang diangkat oleh kakak saya. Ketika memberikan info perihal persyaratan ijazah. Ketika saya telp ke kampung, nama tersebut suka jadi bahan candaan. Seperti “mana bapak Suherman?” atau “salam buat bapak Suherman”. Wkwkwkwk
Cerita lain yang saya dapatkan dari kakak saya. Dimana cerita tersebut didapatkan dari adik saya yang di kampung. Kebetulan kakak saya ada di Bekasi bareng dengan saya. Cuma kalo adik cerita, lebih sering ke kakak. Mungkin karena sama-sama perempuan.
Ceritanya memang agak sedikit sedih buat saya. Diceritakannya bahwa bapak terlihat melamun oleh tetangga saya. Dan ditegur lah oleh tetangga.
Tetangga : “Ari kamari tos naon ka Kuningan?” (kemarin habis ngapain ke Kuningan (baca : kota))
Bapak : “Tos daftar haji” (udah daftar haji)
Pergi ke Kuningan (baca : kota) sebenarnya baru sebatas membuka buku tabungan. Untuk persiapan daftar haji apabila sudah tersedia biaya awal haji. Setelah selesai membuka buku tabungan, memang ibu saya info bahwa buku tabungan sudah jadi. Namun belum bisa daftar karena biaya awalnya belum ada. Waktu itu saya info bahwa biayanya akan cair 2 hari lagi yang ternyata meleset.Β Dari cerita adik saya, bapak terlihat melamun karena was-was. Khawatir tidak jadi daftar. Karena biayanya belum ditransferkan/cair. Sesuai dengan hari yang saya informasikan. Hal tersebut salah saya juga. Tidak perhitungkan lamanya proses pencairan dari tabungan Reksadana. Yang ternyata membutuhkan waktu lebih dari 2 hari. Akhirnya saya coba pinjam ke pak boss terlebih dahulu. Yang nantinya diganti setelah Reksadana cair.
Hari Selasa kemarin dananya sudah ada. Saya izin ke pak boss dan pak HRD untuk ke Bank terlebih dahulu sebelum ke kantor. Untuk mentransfer biaya ke Bank penampung yang sudah dibuat. Ditransfer melalui teller. Teller info bahwa dananya kemungkinan baru sampai sore hari. Langsung saya info ke ibu saya bahwa dana sudah ditransfer dan kemungkinan baru sore sampai.
Di hari rabu, orang tua saya berangkat lagi ke Bank dan ke Depag untuk mengurus daftar haji lebih lanjut. Alhamdulillah prosesnya lancar dan nomor porsi haji sudah didapatkan. Sebelum pulang, mereka (baca : orang tua) makan bakso terlebih dahulu sebelum pulang kerumah. Jarang-jarang juga mereka pergi bersama dan makan diluar π
Semoga kita semua dimampukan dan diberi umur panjang untuk menunaikan rukun Islam yang kelima. Aamiin